Sejarah Pengumpulan Al-Quran di Masa Abu Bakar Bagian 2 - Faedah Sejarah Islam (Ustadz Dr. Ali Musri, M.A.)
Bersama Pemateri :
Ustadz Ali Musri Semjan Putra
Ceramah agama sejarah Islam dan faedah-faedahnya oleh: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A.
Ceramah agama yang mengangkat tentang seluk beluk Sejarah Islam beserta apa saja faidah-faidah yang bisa dipetik darinya ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Ali Musri, M.A.. Pada ceramah kali ini, beliau membahas mengenai “Sejarah Pengumpulan Al-Quran di Masa Abu Bakar Bagian 2“.
(Download juga kajian sebelumnya: Sejarah Pengumpulan Al-Quran di Masa Abu Bakar – Faedah Sejarah Islam
Ringkasan Ceramah Faedah Sejarah Islam: Sejarah Pengumpulan Al-Quran di Masa Abu Bakar Bagian 2
Pada kajian kali ini dibahas lebih rinci tentang pelaksanaan perintah pengumpulan Al-Qur’an oleh Zaid bin Tsabit ketika diminta oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu untuk mengumpulkan Al-Qur’an bersama Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Hal ini sangatlah penting karena banyaknya subhat atau opini-opini untuk melemahkan kaum muslimin terhadap Al-Qur’an. Maka untuk menambah keyakinan dan pemahaman kaum muslimin sehingga kaum muslimin dapat menjawab isu atau opini yang dilemparkan untuk membuat keyakinan kaum muslimin menjadi lemah.
Sebelumnya telah dijelaskan sekilas tentang bagaiamana upaya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf. Penjelasan lebih rinci dari hal tersebut adalah bagaiaman penulisan dan penjagaan Al-Qur’an pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Pengumpulan Al-Qur’an terjadi tiga kali. Pertama dimasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu dimasa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan juga yang ketiga adalah pada zaman Utsman Radhiyallahu ‘anhu.
Kenapa Al-Qur’an dikumpulkan sampai tiga kali?
Pemahaman ketika mengumpulkan Al-Qur’an di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, adalah benar-benar mencatat wahyu yang turun. Kemudian setelah selesai dicatat oleh para penulis wahyu, dikumpulkan dalam sebuah tempat dalam sebuah ruangan di rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sedangkan dimasa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu adalah dikumpulkan antara yang berada dalam satu ruangan di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian juga ditambah dengan riwayat-riwayat dan catatan-catatan yang ada pada sahabat dalam sebuah mushaf. Adapun dimasa Utsman adalah pengulangan apa yang telah dicatat dimasa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Qur’an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya berpecah belah.
Cara pengumpulan Al-Qur’an dimasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Allah telah menjamin akan keaslian dan keterjagaan Al-Qur’an sampai hari kiamat. Sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam firman-Nya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ﴿٩﴾
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(Q.S Al-Hijr[15]: 9)
Ini juga merupakan salah satu keutamaan Al-Qur’an dibanding dengan kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an yang mendapat panjagaan langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun kitab-kitab sebelumnya, memiliki masa waktu yang terbatas dengan masa tertentu sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyerahkan penjagaan tersebut kepada umat itu sendiri.
Allah juga telah menjamin untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang bahwa tidak akan ada satupun ayat yang terlupa dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pada awal turun wahyu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering menggerak-gerakkan lisannya untuk mengikuti bacaan Jibril karena takut jika ada yang terlewat. Maka akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan jaminan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Allah melarang menggerak-gerakkan lisannya untuk mengikuti bacaan Jibril, tapi Allah memerintahkan untuk memperhatikan bacaan Jibril sampai selesai, setelah itu baru Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baru mengulagi apa yang dibaca oleh Jibril.
﴿١٥﴾ لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ ﴿١٦﴾ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿١٧﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿١٨﴾ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ ﴿١٩﴾
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (Q.S Al-Qiyamah[75]: 16-19)
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerima wahyu kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil para penulis wahyu. Lalu wahyu tersebut dicatat di depan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Disamping itu setelah mereka menulis untuk disimpan di rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka juga menulis untuk mereka sendiri.
Salah satu kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah mendengarkan bacaan-bacaan sahabat. Seperti suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingin mendengar bacaan Ibnu Mas’ud.
Lalu bagaimana petunjuk pelaksanaan Abu Bakar kepada para anggota yang telah ditunjuk untuk mengumpulkan Al-Qur’an?
Download Ceramah Faedah Sejarah Islam: Sejarah Pengumpulan Al-Quran di Masa Abu Bakar Bagian 2
Podcast: Play in new window | Download
Silakan share ceramah agama Islam sejarah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ini ke Facebook, Twitter, dan Google+.